Jumat, 10 Agustus 2007

AIR YANG MENETES DARI TAHAJUD CINTA

AIR YANG MENETES DARI TAHAJUD CINTA

Oleh :
Maftuhah Jakfar

menulis bara api
dengan air yang menetes
dari tahajud cinta
adalah sebentuk doa
untuk menghilangkan lelah semesta
setelah seharian berdesakan
pada setiap lipatan koran
dan genangan keringat
yang tak henti-henti
mengaliri jalanan
mengajarinya tentang tanya
ia membangun mimpinya menjadi menara
lihatlah anak-anak itu
ia bergerak sendirian
dari lelah dan keringat
tanpa muara
sebab angin tak pernah ramah menyapa
maka biarlah aku menulis bara api
dengan air yang menetes dari tahajud cinta
sebab ia adalah sebagian catatan peristiwa
yang harus ditegakkan oleh anak-anak kita yang papa
Sayang, bila air itu menetes lagi
dari tahajud cinta kita
biarlah menjadi sebentuk doa
sebab cinta lebih abadi dari segalanya

Rabu, 18 Juli 2007

Lelah

Ya Allah, hamba lelah tetap seperti ini.
Jiwa ini terluka,
Hati ini tengah terkoyak
Langkah ini pun terseok
Ya Ilahi, istirahatkan kami dalam shalat

Allah, tak pantas rasa cemas dan takut yang tidak seharusnya

Cinta

Allah, anugerahkanlah cintaMu kepada hamba,cinta yang tak pernah padam, tak lekang dimakan zaman.
Sampaikanlah aku ke ridhoMu yang memberi kedamaian.

Aku Lelah

Wahai hati, kemanakah langkah ini kan kau bawa berlari
Duhai jiwa,sanggupkah kau bawa raga ini ke Yang Maha, menuju surga kala jasad tiada
Saat pikir ku lelah ku cari, biarkan hati mencari jati diri

Ya Ilahi, bolehkah ku rebahkan lelah ini di atas megahnya singgasana terindah kasihMu
Agar aku merasakan damai ini dalam dekapanMu di bawah percikan dzikir malaikatMu

Selasa, 17 Juli 2007

Biarkan Cinta ini Berlabuh

Meski terdengar aneh, tapi aku kini tengah mencintai seseorang yang baru saja kukenal. Sebelumnya aku tak pernah menduga ini akan terjadi. Dalam setiap pertemuan kami, hanya ada kebekuan, sampai suatu hari kami tak bertemu. Ada perasaan aneh saat ia tak ada. Sebuah perasaan yang pernah kurasakan sebelumnya kepada Rudi, ya Rudi kakak kelas ku sewaktu SMA. Namun entahlah, bayangan Rudi masih membekas, saat ia harus pergi selamanya dari hidupku.

Ia teramat mirip dengan Kak Rudi. Perawakannya, caranya berjalan, hampir semua kecuali wajah dan kebiasaannya. Entahlah, mungkin aku mencintainya hanya karena ia mirip dengan almarhum Kak Rudi. Apakah itu adil baginya?

Entahlah, mungkin harus kupendam rasa ini, biarkan ia tumbuh seiring perjalanan waktu. Dan jika memang sudah saatnya, kan kulabuhkan hatiku pada sang pangeran yang aku tak tahu siapa dan dimana ia sekarang.

Belajar Jadi "Petinju"

Hmm..ga bermaksud, tapi lagi dapet inspirasi aja dari bidang olahraga, jadi pengen ambil hikmah dari bidang-bidang olahraga itu. Dan meski para ulama melarang olahraga yang melukai diri sendiri dan orang lain, sa ga bermaksud juga untuk melanggar larangan itu. Sa hanya sedang tertarik dengan perjuangan-perjuangan yang mereka lakukan untuk mendapatkan sebuah "kemenangan".

Belajar dari seorang petinju, saat ia bertanding meski dia telah terluka parah dan bahkan untuk berdiripun harus mengerahkan semua tenaga, tapi ia tetap berjuang "mati-matian" untuk menyelesaikan pertandingannya dan menghasilkan sebuah "kemenangan". Ia tak peduli sekujur tubuhnya sudah "berlumuran darah", asalkan ia bisa mempersembahkan sebuah kemenangan untuk orang-orang yang dicintainya--dan negara/organisasi yang dibelanya. Ia kerahkan semua kemampuan untuk dapat mencapai kemenangan. Dia dapat bertahan meski ia telah terluka parah karena satu hal, TEKAD, yang melahirkan perjuangan yang didasari cinta.

Seperti itulah seharusnya kita dalam berjuang, mengarungi kehidupan. Tak peduli seberapa lelahnya diri, tak peduli seberapa terlukanya jasad, terkoyaknya jiwa dan terseoknya langkah, kita harus tetap berjuang mencapai sebuah kemenangan, CINTA ALLAH. Ada kebanggaan dalam kemenangan itu. Ingat, ada banyak "supporter" yang berdiri di belakang kita meski kadang kehadirannya tak kita sadari. Dan kebahagiaan dari kemenangan itu adalah, saat ALLAH tersenyum bangga kepada kita.

Senin, 16 Juli 2007

Belajar dari Pemain Bola

Hikmah ni sebenernya inspirasi dari seorang santri DT, Romi namanya klo sa ga salah.
Belajar mengenai kegigihan seorang pemain bola untuk mencapai tujuan, yakni menciptakan gol untuk tim yang dibelanya. Tapi sportif tetep perlu.
Meski lawan menghadang dari berbagai arah agar ia kalah, ia tak lantas mundur melainkan terus maju dan terus mencari peluang agar gol tercipta. Mencari celah agar bola masuk ke gawang lawan.
Saat ia terluka, ia juga tak lantas menyerah melainkan tetap berjuang untuk tetap bertanding.
Memang terkadang wasit terasa tak adil, terasa bermain sendiri padahal kita adalah tim atau alasan-alasan lain. Namun ia tak peduli, biar tim membiarkan kita sendiri, wasit melakukan tindakan tak adil, namun ia tetap berjuang menciptakan gol, meski tak jarang gol gagal tercipta, namun ia tak menyerah.

Seperti itulah seharusnya kita, tujuan kita jelas, menghadang musuh meski dari berbagai arah tetap pantang menyerah, tak berhenti meski kegagalan terus menghantui, karena kita punya tekad untuk tetap menciptakan "gol". Meski kita merasa sendiri, tapi sebenarnya tim ada di belakang kita, meski kadang tak terlihat, tapi ingat kita punya tim...makhluk-makhluk 4JJI, dan pastinya 4JJI selalu ada di sisi kita untuk membantu kita.

Rabu, 20 Juni 2007

Untitle

Tersu melangkah meninggalkanMu
Terasa diri makin terbelenggu
Terkadang aku lelah
Ingin berhenti dan menyerah
Namun aku tak ingin kalah
Meski aku terluka parah
Terkadang melangkah tak tentu arah
Bahagia..kapankah kau kan singgah?
Ditemani kekasih, Sang Maha Pencinta

Rabu, 13 Juni 2007

Kuseru Engkau

Wahai Engkau Yang Akbar
Ampuni lalai kami terhadapMu
Mungkin saat ini makhlukMu menertawakanku
Menertawakan kebodohanku terhadapMu

Atas segala khilaf, alfa dan dosaku
Atas kebodohan dan kelalaian
Atas semua nikmatMu yang tak kusyukuri
Kutengadahkan dan menadahkan tangan memohon ampunanMu

Untitled

Ku berdsujud di hadapanMu Tuhan
Menyungkur bermunajat padaMu
Dengan membawa segala dosa dan hina diri
Memohon maghfirohMu

Wahai Yang Maha Pengasih
Kasihanilah hambaMu yang tak mengenalMu
Hingga berharap pada makhluk
Yang membawa diri semakin hina

Teruntuk Seorang Sahabat

Jika engkau mendapat suatu duka, datanglah kepadaku, ku kan sediakan bahuku untukmu
Kan kuberikan waktuku untukmu.
Mungkin aku tak memberimu apapun, namun kupastikan akan kusediakan bahuku untukmu, sahabatku!

Permintaan Terakhir

Jika kelak aku pergi akankah ada yang mengantarku?
Apakah mereka merasa senang karena aku menghadap Tuhanku, dengan memori indah dalam hati mereka.

Ataukah senang karena takkan ada lagi yang menyulitkan mereka, sehingga tertawa riang?


Jika aku bersalah, aku mohon maaf atasnya.
Jika aku pernah menyakiti kalian, aku mohon, maafkanlah aku.

Rabu, 06 Juni 2007

Teruntuk Guruku

Kau goreskan warna-warni hidupku
Kau cerahkan hidupku dengan ilmu
Kau cerahkan hidupku dengan cahaya pengetahuan

Seringkali ku torehkan luka di hatimu
Namu tak jarang engkau tetap tersenyum padaku

pernah kusakiti engkau dengan tingkahku
Namun engkau tetap sabar menghadapiku

Melaksanakan amanah yang begitu mulia
Semoga Allah senantiasa memuliakanmu, wahai Guru
Memberikan kemudahan dan pahala yang besar di sisiNya untukmu
Semoga tak pernah lepas engkau dari naungan malaikatNya
Bahkan ikan-ikan di laut pun turut mendoakan keselamatanmu

Atas semua ilmu yang engkau sampaikan
Atas semua kebaikan yang engaku ajarkan
Atas semua akhlak yang engaku contohkan
Semoga Allah membalasnya dengan surgaNya

Engkau pada dasarnya mengenalkanku pada diriku
Yangkemudian menuntun hatiku untuk mengenal Tuhanku

Engkau syahid di jalan ilmu
Engkau mujahid yang tak pernah mengenal medan perang
Namun engkau syahid di sisiNya
yang gugur di medan perang meski engkau tak berperang

Karena engkaulah pelita kehidupan

Terima kasih, kata yang bahkan tak terucapkan
Untukmu wahai guruku...

La Tahzan

Laa tahzan Ukhtii...
Itu yang sering terngiang di telingaku. Terkadang amat lemah terkadang cukup menghiburku
Saat aku berada dalam tekanan...satu saja yang paling aku takutkan terjadi...Allah pergi meninggalkanku sendiri. Aku selalu memanggilNya agar Ia tak berpaling sedikitpun dari hidupku. Ia menghiburku dengan ayat-ayat cintaNya...
Laa yukallifullohu nafsan Illaa wus'ahaa..lahaa maa kasabat wa 'alaihaa maktasabat, rabbanaa laa tu-aahidznaa innasiinaa au akhto-na, robbanaa wa laa tahmil 'alainaa ishron-kamaa 'alalladziina min-qoblinaa...robbanaa wa laa tuhammilnaa maa laa thooqotalanaa bih. wa'fu 'anna, waghfirlanaa, warhamnaa, anta maulaanaa, fan-shurnaa 'alalqoumil kaafiriin...
Allah...hadirlah disini...yakinkan aku bahwa Kau ada disini...

Jawablah!

Entah kenapa terkadang kita selalu merasa cobaan yang Allah kasih itu berat. Dan ingin rasanya lari pergi meninggalkan dunia...namun tak mungkin dan tak masuk akal...karena toh "dia" ga akan pernah pergi, ia akan terus menghantui kita.
Terkadang kita merasa Allah tak mengabulkan doa kita, namun apa daya...kita hanyalah manusia yang tak bisa menuntut Allah utk mengabulkan doa kita. Tapi aku masih ingat...mungkin itu karena dosa yang semakin menumpuk di hidupku, di catatan amalku...sehingga jiwaku seharusnya senantiasa ber-istighfar. Mungkin juga karena saking sayangnya Allah ke kita, Allah suka kita menangis...karena mungkin Allah tahu jika Ia mengabulkan doa kita, kita takkan lagi menangis.
Hhh...entahlah yang pasti aku masih menunggu kepastian Tuhanku...
Doakan aku agar tetap teguh...

Wahai Ukhti..

Wahai ukhti, aku tak bermaksud menggurui, karena aku bukanlah siapa2...

Tapi aku hanya ingin menyampaikan pesan dari seseorang..........


Emasmu adalah agamamu

Perhiasanmu adalah budi pekertimu

dan hartamu adalah sopan santunmu

Hari Esok

Hari esok akan menghapus semua mimpi buruk, mengusir semua kesedihan, dan menggantinya dengan canda dan tawa.

Kau Sahabat Kau Teman

Bila aku pergi, kumohon jadilah sahabatku yang baik

Dengan seulas senyum di bibirmu

Jangan bersedih

Aku dalam perjalanan menuju Sang Maha Pengasih

Sudah seharusnya kau tersenyum

Karena aku menuju cita tuk berada di sisi-Nya

Bukankah itu cita kita bersama?

Kirimkan doamu untukku

Bukankah itu tanda, kasih kita senantiasa terjalin

Aku tak pernah bermaksud meninggalkan amanah

Namun panggilan-Nya tak sanggup kutolak

Tak sanggup ku undur meski sekejap

Karena malaikat-Nya telah menjemputku

Aku harus mengikutinya

Teruskan amanah yang ia beri

Teruskan perjuangan yang masih di genggaman

Sampai jumpa

Semoga kita dipertemukan di telaga al-Kautsar

Bersama Sang panutan alam


Tersenyumlah...

Kau...sahabat

Kau...teman

Terima Kasih..

Terima kasih engkau hadir dalam hidupku

Terima kasih engkau menjadi takdirku

Membawaku terbang bersamamu

Menjadi perantara sukaku

Menjadi perantara untuk membantuku


Terima kasih engkau ada di sisiku

Menjadi perantara kekuatanku

Menjadi perantara pengingat lalaiku

Menuntun dan mengenalkanku pada Tuhanku

Menghilangkan gelisah dan bimbangku


Terima kasih karena kau jadi sahabatku


Terima kasih karena kau Saudariku...

Saat Kau...

Terima kasih engkau hadir dalam hidupku

Terima kasih engkau menjadi takdirku

Membawaku terbang bersamamu

Menjadi perantara sukaku

Menjadi perantara untuk membantuku


Terima kasih engkau ada di sisiku

Menjadi perantara kekuatanku

Menjadi perantara pengingat lalaiku

Menuntun dan mengenalkanku pada Tuhanku

Menghilangkan gelisah dan bimbangku


Terima kasih karena kau jadi sahabatku


Terima kasih karena kau Saudariku...

Terima Kasih

Terima kasih engkau hadir dalam hidupku

Terima kasih engkau menjadi takdirku

Membawaku terbang bersamamu

Menjadi perantara sukaku

Menjadi perantara untuk membantuku


Terima kasih engkau ada di sisiku

Menjadi perantara kekuatanku

Menjadi perantara pengingat lalaiku

Menuntun dan mengenalkanku pada Tuhanku

Menghilangkan gelisah dan bimbangku


Terima kasih karena kau jadi sahabatku


Terima kasih karena kau Saudariku...

Aku Bukanlah Aktifis

Aku bukanlah aktifis seperti kalian


Tapi aku juga tak mau hanya diam


Aku hanya sedang mencari celah untuk keluar


Agar dakwahku tetap berjalan


Aku hanya selalu mencoba


Agar sayapnya terus mengembang


Mengepak hingga ke tujuan


Berlabuh dalam pelukan Tuhan...

Cahaya

Cahaya yang kecil tak terlihat dan nampak tak berguna saat berada dalam terang
Namun dalam kegelapan, cahaya sekecil papaun akan berguna
Ia terangi lingkungan sekitarnya
Ia semakin bersinar kala energi lain merasuk ke dalam dirinya
Tak peduli meski kini cahaya yang lebih besar datang
Meski ia padam sedang tak banyak yang sadar
Ia tetap tegar menghadap Tuhan

Ini Aku, Sobat

Nobody ever think about...
I just try to share...
Wahai manusia yang paling bahagia dengan agama dan akhlaknya
tanpa mutiara, tanpa kalung, dan tanpa emas
Tapi dengan puji-pujian yang terus mengalir deras
Bagai rintik hujan, semburat fajar, cahaya mentari dan gumpalan awan
Dalam sujud dan doa, dalam muraqabah
Dalam paradigma antara sinaran Lauh dan kitab
Dalam semburat cahaya yang menyeruak dari sebuah gua
Yang memancar dari Rasul Rabb-mu bagi segenap bangsa Arab dan Romawi
Maka, engkau adalah yang paling bahagia di antara penghuni dunia dan akhirat
Dengan isi hati tulusmu yang dibangun dengan taqarrub.
Kata-kata ini Sa kutip dari buku Menjadi Wanita paling bahagia, karangan DR. Aidh al-Qarni...semoga bisa jadi renungan untuk kita semua

Nobody Never Think Bout It

Nobody ever think about...
I just try to share...
Wahai manusia yang paling bahagia dengan agama dan akhlaknya
tanpa mutiara, tanpa kalung, dan tanpa emas
Tapi dengan puji-pujian yang terus mengalir deras
Bagai rintik hujan, semburat fajar, cahaya mentari dan gumpalan awan
Dalam sujud dan doa, dalam muraqabah
Dalam paradigma antara sinaran Lauh dan kitab
Dalam semburat cahaya yang menyeruak dari sebuah gua
Yang memancar dari Rasul Rabb-mu bagi segenap bangsa Arab dan Romawi
Maka, engkau adalah yang paling bahagia di antara penghuni dunia dan akhirat
Dengan isi hati tulusmu yang dibangun dengan taqarrub.
Kata-kata ini Sa kutip dari buku Menjadi Wanita paling bahagia, karangan DR. Aidh al-Qarni...semoga bisa jadi renungan untuk kita semua

Rindu

Betapa aku sangat merindukanmu
Betapa saat ini aku sangat merindukanmu
Betapa air mata ini ingin jatuh
Saat ku ingat akan dirimu
Betapa hatiku tak menentu
Sedang ku tak tahu harus berbuat sesuatu
Hanya marenung dan terpaku
Aku sayang padamu...
UKHTI

Kamis, 31 Mei 2007

Aku Tak Ingin Berhenti

Dalam pencarian jati diri, aku tersesat dari jalan yang tengah kutempuh
Namun, secercah sinar datang menuntunku kembali pada jiwa menggapai
Kemudian terperosok dalam sebuah jebakan syetan sang durjana
Ada uluran tangan yang mengangkatku tuk kembali berjalan
Setelah itu langkahku pincang
Ada tongkat yang menopangku
Tiba-tiba pandanganku terkabur dunia
Apa yang kan ku dapat juga?
Tubuh terseok
Langkah tertatih
Lelah merasuki jiwa

Perjalanan terasa semakin sulit
Hati hampir menyerah, langkahpun terhenti
Seseorang menarikku tuk berlari
Aku terjatuh dan terseret
Luka pun bertambah, terasa makin tak kuasa

Rabb...dimana Engkau saat hamba membutuhkanMu?
Saat aku membutuhkan cahayaMu tuk terangi jalanku
Saat aku membutuhkan obat dari lukaku

Aku bangkit utk mencari dan mengajukan interupsi pada-Nya
Namun kemudian aku sadar, aku adalah aku
Dan Ia-lah yang membantuku kembali bangkit

Meski sekadar mengajukan inginku pada-Nya
Jalan masih panjang, meski tubuh dan jiwa terluka, aku harus tetap berjalan
Kemudian seseorang datang memapahku
Sedikit demi sedikit langkahku pun bangkit
Lukapun terobati dengan sendirinya

Dan Ia..kuharap Ia tersenyum bangga padaku

Tahu Ga?!

Tahu ngga klo Allah itu sayang banget sama kita, coz Allah selalu memberi yang terbaik
Tahu ga?! Klo Allah tuh milih kita jadi khalifah, berarti kita punya kelebihan yang ga dimiliki sama orang lain
Tahu ngga?! Allah selalu ngejaga kita, Dia ga pernah tidur, ga pernah lupa dan ga pernah lalai...

Dan yang harus kamu tahu selain semua itu...Allah selalu ngasih apa yang terbaik utk kita, meski kita ga minta. Dan Dia masih mengurus kita meskipun kita ga pernah bersyukur padaNya...karena kita ga bisa hidup tanpa bantuan-Nya.

Senin, 21 Mei 2007

Belajar dari Sepeda

Naik sepeda itu menyenangkan...banyak yang bisa kita pelajari...
Naik sepeda tuh selain sehat, tapi juga capek --semua orang juga tahu-- tapi ada yang menarik dari naik sepeda...t'nyata klo kita mau meluangkan pikiran utk mengambl hikmah ataupun pelajaran dari setiap kejadian, t'masuk bersepeda.

Simple, tp berarti banget buat Sa. Simple dlm artian, memang ga ada unsur harus mikir lama, berarti karena t'nyata pelajaran yg t'sirat, memang bnr2 bisa bikin kita Insya Allah jadi lebih baik.

Setiap kali naik sepeda, Sa selalu b'pikir, seperti inilah perjalanan yg kita hadapi di dunia. Kadang kita melewati turunan, kadang tanjakan. Terkadang kita merasa lelah dalam mengarungi perjalanan ini, karena kita sudah menempuh jarak yang cukup jauh. Tapi satu yang bikin kita tetap bertahan, karena kita punya satu TUJUAN yang kita ingin capai. Mungkin terbersit ingin berhenti di tengah jalan dan menyerah, tapi ingat, tujuan meski belum jauh, tetap harus dicapai, dan yang lebih bikin kita ga bisa menyerah, adalh karena kita ga mungkin kembali ke tempat semula...kembali ke alam ruh...

Seperti halnya kita pergi ke kampus, kita akan kembali ke rumah lagi kan?! Nah seperti itulah hidup, boleh nyari dunia, tapi ingat, kita harus "pulang ke rumah". Disana kita bisa nentuin, apa "oleh-oleh" kita untuk pulang?

Apalagi coba? Klo kita berhenti di tengah jalan, kita yang rugi, antara kita kehilangan kendaraan kita, sepeda karena kita pengen enaknya naik kendaraan lain misal mobil/angkot atau trus2an capek tapi nyampe tujuan?Silahkan pilih aja sendiri.

Jumat, 04 Mei 2007

Belajar Naik Bus

Semenjak kuliah, aku harus selalu menunggu bus untuk sampai ke kampus. Tapi justru dari sinilah aku mendapat banyak pelajaran.
1. Aku harus selalu tepat waktu, karena 5 menit aja aku terlambat, aku akan benar-benar ketinggalan bus. Dan mau tak mau aku harus menunggu bis selanjutnya, yang klo lagi apes, harus nunggu 30 menitan.
2. Aku harus sabar. Klo ngga, ada kemungkinan terus naik mobil, padahal ongkosnya bisa 3-4 kali lipat+waktu yang kita habiskan di perjalanan, akan lebih banyak--angkot kan jalannya muter+ngetem...
3.Harus extra pinter nyari hikmah...biar semua yang kita lalui ga sia-sia...

Kemarin, aku mendapat pelajaran berharga. Saat tinggal sekitar 1/4 perjalanan, bis yang kutumpangi mengalami kerusakan, katanya sih habis bensin--tapi masa sih, biasanya kan ngga--. Nah ada beberapa penumpang yang ga tahu panik atau emang lagi dikejar waktu (ciee...), mereka langsung turun, dan milih naik angkot... Tapi aku bersikeras mau tinggal, ada sih terlintas pengen turun, trus jalan, toh ga terlalu jauh--klo dibandingkan dengan perjalanan dari kampus ke rumah.

Hampir 80% penumpang turun sambil menggerutu. Tapi ada juga yang kebingungan, ada yang tetep di bis, ada juga yang turun. Tersisalah sekitar 10 orang. Setelah sekian lama tak berkabar, ternyata, ada masalah sama bannya, bukan cuma karena habis bensin. Trus, kondektur minta kita untuk turun, dan ga lama ada bis lain lewat, jurusan Cicaheum-Leuwi Panjang. Kita dipindah kesana...
Alhamdulillah...ga jadi jalan, ga jd naek mobil lg...lbh hemat...

Rabu, 02 Mei 2007

Lagi Nyari apa Nih?

Teruntuk semua orang yang sedang mencari Allah... Ternyata Allah itu dekat, asal kita serius untuk mencari...
Dan yang pasti, minta bantuanNya... karena Ia takkan membiarkan hambaNya yang bersungguh-sungguh...

Yakinlah, Ia takkan menyia-nyiakan hambaNya. Yang ga baik aja ditolong, Allah pasti nolong kita...

Senin, 26 Maret 2007

Cinta

Cinta...mengapa kau begitu kejam padaku
Saat ku temukan seorang yang aku ingin bersamanya
dengan alasan cinta kau jauhkan ia dariku

Saat ada yang mencintaiku
dengan alasan cinta ia membohongiku

Karena cinta kini aku tersiksa
Pada perasaan yang harus kubuang jauh-jauh
Karena ia bukan untukku

Cinta...akankah kau warnai hidupku dengan suka
dan kau hiasi dukaku kulewati bersamanya

Akankah kau menghampiriku
Bersama orang yang membawamu padaku
Setulus hati
Karena kehendak dan cinta Tuhannya

Jumat, 02 Maret 2007

Ujung Jalan

Masih Kupandangi ujung jalan itu, ujung jalan yang menjadi kenangan seumur hidupku. Disana, di ujung jalan itu, kudapati sahabatku terakhir kalinya. Sahabat sejati yang tanpa kuduga akan pergi meninggalkanku.

Cukup perih memang, kehilangan ia...bila kuingat saat-saat bersamanya...Perih. Tanpa terasa bulir-bulir benign berjatuhan daripelupuk mataku. Meleleh dan mendarat, hingga akhirnya hilang ditelan bumi... seperti hilangnya sahabatku. Tak mampu lagi kutopang tubuhku, aku terduduk. Cairan merah mengalir cukup deras di lututku, namun rasa perihnya tak dapat mengalahkan perih di hati. Luka ini, luka hatiku ini, rasanya tak dapat terobati. Dengan sekuat tenaga, aku berteriak pada Nya, pada Dia yang katanya Maha Pengasih, tapi membiarkanku kehilangan sahabat.
"Tuhan, orang bilang Engkau selalu membantu hambaMu, lalu mengapa Kauu biarkan sahabatku pergi dari sisiku? Katanya Kau bisa lakukan apapun, lalu mengapa tak Kau hentikan kepergian sahabatku? Kau kejam Tuhan! Kau kejam! Kau pisahkan Ia dariku, di depan mataku Kau renggut ia, disana! Di ujung jalan itu! Ujung jalan yang kini amat ku benci! Aku benci Kau Tuhan!"
Kutatap sang mentari...
"Wahai mentari, Kenapa tak kau lelehkan saja aku?! Agar aku bisa ikuti kemana sahabatku pergi!"
kualihkan pandangan pada kapas-kapas putih di langit...
"Hei awan! bisakah kau kembalikan sahabatku? Menjelmalah kau, gambarkan wajahnya, agar sedikit hilang kerinduanku padanya!"
Angin lembut belaiku
"Angin, sampaikanlah sentuhan hangatku dan pelukanku pada sahabatku disana. Lalu kembalilah kau padaku dengan balasan hangat dari sahabatku."
Sepi. Tak ada suara sedikitpun
"Hei kau ujung jalan! Mengapa kau ambil sahabatku? Aku membutuhkannya, kembalikan ia!Tidakkah kau lihat aku hampir gila. Kembalikan ia, ia satu-satuny yang kumiliki."

Mutiara bening itu kini mengalir deras bak sungai. Aku terisak, Darah tak jua mengering. LUka hati semakin menganga. Senyap.
"Kenapa Tuhan? Kembalilah Sahabat."

"Kau dapat pelukan hangat dari sahabatmu."
Sejenak aku terlena.
"Tidak mungkin! MAna mungkin begitu cepat ia berikan balasan? Mustahil! Tak usah kau dusta, angin!"
"Aku tidak berdusta."
"Kulihat sahabatmu dari sini. Ia datang menemuimu, senyumnya hiasialam, ia bahagia kini, jika kau bahagia dan begitu sebalkiknya. Bukankah begitu?" sahut awan.
Aku termenung, kembali senyap.
"Tapi TUhan tak adil! Ia ambil sahabatku dan aku tak tahu apakah ia bahagia atau tidak. Tuhan kembalikan sahabatku. Kembalikan ia..kembalikan ia..."
Gelap.
"Sahabtku, sadarlah. Aku disini, kawan."
Kubuka mataku perlahan. Samar, tapi suara itu amat kukenal.
"Puji Rabb semesta alam." ujat sahabtku seraya memelukku.
"Kau kembali sobbat? Aku tak percaya, awan, angin, mentari, mereka tidak berdusta padaku."
Kutatap lekat senyum di wajahnya.
"Aku bersamamu, kaupun bersamaku kini..."
"Dan kini aku akan membawamu bersamaku, kawan."

Selasa, 27 Februari 2007

My #1

Saat malam berganti pagi, aku tersadar, ada yang telah berubah. Aku tak ingat betul apa yang terjadi kemarin, saat ku terbangun, aku mencium bau yang menyengat yang aku tahu, aku sangat membenci bau itu. Ya, sepertinya ini adlah Rumah Sakit. Tapi aku lemah, tak dapat bergerak, bahkan rasanya sulit untuk membuka mata, ynag kudengar suara seorang wanita yang sagat kukenal suaranya, wanita yang sangat kusayangi...ibu.
Terdengar suara pintu terbuka, lalu kudengar suara seseorang lirih.. Entah apa yang orang itu katakan, karena aku tak jelas mendengar pembicaraan itu.
Tak lama terdengar lagi suara pintu yang terbuka, seperti ada yang masuk lagi, entah keluar. Lalu kurasakan sebuah tangan memegang tanganku, dan terdengar bisikan, berbagai pertanyaan terdengar di telingaku. Ingin rasanya aku menjawab pertanyaan-pertanyaan ibu, memeluknya. Ah, Ibu, seandainya engkau tahu...
Ya Allah, apa yang terjadi dengan hambaMu ini?
Aku hanya bisa menangis, itu mengurangi sedikit kesedihanku. Lalu aku terlelap. Enatah berapa lama aku tertidur, aku tersadar saat kudengar suara gaduh disini. Suara-suara itu sepertinya kukenal...